Ailovrends,
Jalanan di setiap sudut Jakarta menyisakan lumpur tebal dan sampah yang terbawa banjir. Selain baunya yang minta ampun, gundukan lumpur bercampur sampah bisa membahayakan pengendara maupun pejalan kaki.
Terlihat sampai hari ini perjuangan dari para sukarelawan dari dinas dinas maupun secara suka relawan yang berusaha menyisihkan waktunya untuk membantu membersihkan lumpur yang bertumpuk di lataran lahan kota.
Seorang perempuan paruh baya
Muslimah, satu dari belasan pekerja suku dinas kebersihan Jakarta Utara yang sudah seminggu ini mendapat tugas baru: membersihkan lumpur sisa banjir di Pluit, Jakarta Utara.
Bekerja tujuh hari seminggu ditambah kondisi rumahnya yang saat ini terendam hingga sedada, rekan sekerja Muslimah, Atun, terpaksa harus tidur di halte busway Penjaringan sejak Kamis lalu. "Rumah terendam seatap. Tidur di halte busway, ada juga yang di pos polisi. Kalau mandi di MCK. Bayar Rp 1.000 sekali mandi." Ada juga yang mengutip Rp 3.000.
Dengan sapu plastik, sekop, dan mengenakan sepatu boot, besok adalah hari terakhir mereka bertugas membersihan lumpur. "Sampai besok, sudah dari hari Kamis, kan sudah 8 hari. Besok penghabisan," kata Atun, seraya berharap derita banjir cepat berlalu.
Pemulung sampah-sampah yang terbawa banjir
Sejumlah pemulung yang ada di beberapa lokasi dimana sampah tertahan pada pintu air maupun pada bibir-bibir sungai dari sungai Ciliwung terlihat sampai hari ini memungut barang-barang yang masih dapat digunakan untuk keperluan mereka seperti kasur, lemari, tangga, dan perkakas lainnya.
Ari Yanto, 36 tahun, dengan sigap terlihat memilah milah sampah yang menggunung disisi jalan Daan Mogot dibawah jembatan layang Jakarta Barat, dia merasa itu asyik sebagai seorang pemulung meski kita merasa risih akibat bau sampah yang menusuk di hidung.
Udin, seorang yang lebih tua dari ari mengaku sudah sekitar lima tahun menggeluti profesi sebaga pemulung, Beliau mencari tumpukan sampah yang berupa potongan potongan kayu sebab lebih fleksibel dalam penggunaannya.
Petugas Dinas kebersihan
Menjadi sebuah kewajiban bagi orang yang bertugas untuk membersihkan kota jakarta dalam menanggulangi tumpukan lumpur disetiap sudut kota, Pekerjaan ini harus mereka tuntaskan sepanjang hari dengan ikhlas dan tanpa takut akan penyakit yang diakibatkan olehwabah banjir itu sendiri. Namun secara tidak langsung Berkah terhadap mereka dalam mengumpulkan rezeki sangat terbuka dalam menjalani tugas mereka mengutip sampah pasca banjir.
Sumber : http://www.tempo.co
http://indonesiarayanews.com
http://news.liputan6.com
http://www.metrotvnews.com/
Jalanan di setiap sudut Jakarta menyisakan lumpur tebal dan sampah yang terbawa banjir. Selain baunya yang minta ampun, gundukan lumpur bercampur sampah bisa membahayakan pengendara maupun pejalan kaki.
Terlihat sampai hari ini perjuangan dari para sukarelawan dari dinas dinas maupun secara suka relawan yang berusaha menyisihkan waktunya untuk membantu membersihkan lumpur yang bertumpuk di lataran lahan kota.
Seorang perempuan paruh baya
Muslimah, satu dari belasan pekerja suku dinas kebersihan Jakarta Utara yang sudah seminggu ini mendapat tugas baru: membersihkan lumpur sisa banjir di Pluit, Jakarta Utara.
Bekerja tujuh hari seminggu ditambah kondisi rumahnya yang saat ini terendam hingga sedada, rekan sekerja Muslimah, Atun, terpaksa harus tidur di halte busway Penjaringan sejak Kamis lalu. "Rumah terendam seatap. Tidur di halte busway, ada juga yang di pos polisi. Kalau mandi di MCK. Bayar Rp 1.000 sekali mandi." Ada juga yang mengutip Rp 3.000.
Dengan sapu plastik, sekop, dan mengenakan sepatu boot, besok adalah hari terakhir mereka bertugas membersihan lumpur. "Sampai besok, sudah dari hari Kamis, kan sudah 8 hari. Besok penghabisan," kata Atun, seraya berharap derita banjir cepat berlalu.
Pemulung sampah-sampah yang terbawa banjir
Sejumlah pemulung yang ada di beberapa lokasi dimana sampah tertahan pada pintu air maupun pada bibir-bibir sungai dari sungai Ciliwung terlihat sampai hari ini memungut barang-barang yang masih dapat digunakan untuk keperluan mereka seperti kasur, lemari, tangga, dan perkakas lainnya.
Ari Yanto, 36 tahun, dengan sigap terlihat memilah milah sampah yang menggunung disisi jalan Daan Mogot dibawah jembatan layang Jakarta Barat, dia merasa itu asyik sebagai seorang pemulung meski kita merasa risih akibat bau sampah yang menusuk di hidung.
Udin, seorang yang lebih tua dari ari mengaku sudah sekitar lima tahun menggeluti profesi sebaga pemulung, Beliau mencari tumpukan sampah yang berupa potongan potongan kayu sebab lebih fleksibel dalam penggunaannya.
Petugas Dinas kebersihan
Menjadi sebuah kewajiban bagi orang yang bertugas untuk membersihkan kota jakarta dalam menanggulangi tumpukan lumpur disetiap sudut kota, Pekerjaan ini harus mereka tuntaskan sepanjang hari dengan ikhlas dan tanpa takut akan penyakit yang diakibatkan olehwabah banjir itu sendiri. Namun secara tidak langsung Berkah terhadap mereka dalam mengumpulkan rezeki sangat terbuka dalam menjalani tugas mereka mengutip sampah pasca banjir.
Sumber : http://www.tempo.co
http://indonesiarayanews.com
http://news.liputan6.com
http://www.metrotvnews.com/
0 komentar:
Posting Komentar